26 October 2009

Ngaku Dosa Dulu Ah...


Terus terang, ada satu hal yang selama lebih dari satu minggu ini gue umpetin dari teman-teman gue (Baca mereka-mereka yang peduli betul dengan kondisi batin gue tiga atau empat bulan yang lalu). Soalnya gue udah bisa ngebayangin reaksi mereka kalau tahu, gue nekad bertemu dengan dia, you know who. Ada yang bakal bilang, 'You What???', 'Ngapain sih loe' dan macam-macam reaksi yang bermakna sama : Gak ada gunanya loe ketemuan ama bajingan itu lagi.

Entah, waktu itu otak gue lagi korslet, tapi waktu gue dengan nekadnya menemui dia, gue tahu persis, kalau rasa cinta gue ke dia itu udah RAIB. Ibaratnya tanaman, perasaan gue bukan sekedar layu dan masih bisa kembali bersemi setelah disiram secara intens lagi, tapi terus terang, perasaan itu emang gue dicabut ampe ke akar-akarnya.

Awalnya, gue sempat jaim, saat melihat dia dari jarak dekat. Sialnya, di sana, gue menemui beberapa orang yang tahu kisah percintaan gue dengannya dan mereka dengan jitu menebak kalau kedatangan gue ke situ adalah atas ajakannya.

Well, singkat cerita, dia akhirnya mengajak gue untuk duduk di dekatnya, berhadap-hadapan dengan salah seorang mantan boss-nya. Dari diam seribu bahasa, akhirnya gue gak tahan juga untuk mengobrol dengannya. Tak berapa lama, entah karena terbawa suasana, kami akhirnya saling bergenggaman tangan (yang tentu saja dilakukan secara sembunyi-bunyi, di bawah meja, hihihi...)

Acara malam itu akhirnya berakhir. Sialnya, saat kami menuju tempat parkir motor, orang yang paling gue hindari memergoki kami berdua, malah berada di belakang kami. Sial...sial...sial...

Terus terang, gue enjoy malam itu. Gue menikmati betul kebersamaan kami, baik saat kami duduk bersebelahan di dekat warung rokok ataupun saat aku berada di boncengannya dalam perjalanan pulang kala itu. I do love being near him but he's not being the most important thing in my life anymore ;p

No comments: