28 October 2009

Mental Bangsa Jajahan



Beberapa hari lalu, tepatnya hari Jumat (23/10), gue mengalami pelecehan oleh seorang petugas informasi di Senayan City. Gila aja, mentang-mentang tampang gue pribumi asli, terus dengan semena-menanya dia nyuekin gue gara-gara ada bule yang datang setelah gue. KUTU KUPRET!!!

Ceritanya saat itu, gue mau datang ke pameran fotonya Jerry Aurum. Gara-gara keteledoran gue, SMS undangan yang gue dapat dari panitia, tak sengaja terhapus dari inbox gue. Jadinya yah, mau gak mau, gue harus pergi bertanya pada petugas informasi untuk tahu letak persisnya pameran itu.

Dasar sial, kala itu, dua petugas di sana lagi sibuk. Yang satu lagi melayani pengunjung lain, sementara si kutu kupret sialan ini lagi berbicara di telepon. Dengan sabar, gue berdiri manis di depan dia, menunggu pembicaraan di telepon selesai.

Baru aja tuh si cewek sialan ngeletakin telepon, datang seorang pria bule yang kemudian berdiri di samping gue. Gak tahunya, mata si bego itu langsung menuju ke arah si bule. ANJING!!! Loe gak ngeliat apa, kalau gue udah lama berdiri bego nungguin loe selesai ngobrol di telepon.

Untungnya, gak seperti si cewek bego itu, bule ini punya moral. Dia malah mempersilahkan orang lain yang ada di sampingnya untuk dilayani cewek bermental bangsa jajahan ini.

Begitu kejadian ini gue ceritain ke teman-teman gue, mereka malah bilang seharusnya gue ngelaporin dia ke manajer mal. Ok, next time, I'll do that thing. Lihat ajah nanti ;p

26 October 2009

Ngaku Dosa Dulu Ah...


Terus terang, ada satu hal yang selama lebih dari satu minggu ini gue umpetin dari teman-teman gue (Baca mereka-mereka yang peduli betul dengan kondisi batin gue tiga atau empat bulan yang lalu). Soalnya gue udah bisa ngebayangin reaksi mereka kalau tahu, gue nekad bertemu dengan dia, you know who. Ada yang bakal bilang, 'You What???', 'Ngapain sih loe' dan macam-macam reaksi yang bermakna sama : Gak ada gunanya loe ketemuan ama bajingan itu lagi.

Entah, waktu itu otak gue lagi korslet, tapi waktu gue dengan nekadnya menemui dia, gue tahu persis, kalau rasa cinta gue ke dia itu udah RAIB. Ibaratnya tanaman, perasaan gue bukan sekedar layu dan masih bisa kembali bersemi setelah disiram secara intens lagi, tapi terus terang, perasaan itu emang gue dicabut ampe ke akar-akarnya.

Awalnya, gue sempat jaim, saat melihat dia dari jarak dekat. Sialnya, di sana, gue menemui beberapa orang yang tahu kisah percintaan gue dengannya dan mereka dengan jitu menebak kalau kedatangan gue ke situ adalah atas ajakannya.

Well, singkat cerita, dia akhirnya mengajak gue untuk duduk di dekatnya, berhadap-hadapan dengan salah seorang mantan boss-nya. Dari diam seribu bahasa, akhirnya gue gak tahan juga untuk mengobrol dengannya. Tak berapa lama, entah karena terbawa suasana, kami akhirnya saling bergenggaman tangan (yang tentu saja dilakukan secara sembunyi-bunyi, di bawah meja, hihihi...)

Acara malam itu akhirnya berakhir. Sialnya, saat kami menuju tempat parkir motor, orang yang paling gue hindari memergoki kami berdua, malah berada di belakang kami. Sial...sial...sial...

Terus terang, gue enjoy malam itu. Gue menikmati betul kebersamaan kami, baik saat kami duduk bersebelahan di dekat warung rokok ataupun saat aku berada di boncengannya dalam perjalanan pulang kala itu. I do love being near him but he's not being the most important thing in my life anymore ;p

13 October 2009

Ripley's Believe It Or Not, Genting Highland, Kuala Lumpur

At the front door :





Robert Ripley when he was in Borobudur Temple, Central Java, Indonesia



Can you try this at home ?



Replica's St Basil Cathedral Moscow, made by Len Hughes, Australia, from matchstick



Me compared to The Tallest Man who ever lived :



One day, I'll be in front of the real Eiffel Tower ;p



Man with two eyes



HELP ME!!!