01 July 2010

Penang-Hat Yai-Songkhla In A Glance

Berhubung waktunya mepet banget, bisa dibilang kalau perjalanan gue ke Penang, Hat Yai dan Songkhla jadi kurang begitu berkesan. Maklumlah, Senin pagi gue tiba di Penang dan Rabu paginya gue udah harus balik ke Medan. Jadinya yah pengalaman yang gue dapat seadanya. Cuma ngotor-ngotorin paspor aja ceritanya.

Hari pertama gue lalui di rumah sakit. Gak disangka, antrian dokter begitu lama, gara-gara ada kasus emergency. Jadinya kami baru keluar dari sana jam 6 sore. Nyampe di apartemen, aku, mama dan Deynes berleha-leha sebentar dan habis itu kami pergi ke Prangin Mall untuk memesan tiket minivan ke Hat Yai, Thailand keesokan harinya. Sore harinya, aku sudah sempat datang ke sana. Tapi gara-gara waktu itu gak megang uang cash, jadinya terpaksa balik lagi ke travel agent di sana.

Sepulang dari sana, kami bergegas ngambil bus no. 101 untuk pergi ke Pantai Batu Ferringhi. Kalau malam hari, daerah ini ramai karena pasar malam. Tak disangka, letaknya ternyata jauh banget. Kami tiba di sana sekitar pukul 22.30 dan jadi tak konsen berbelanja karena takut ketinggalan bus terakhir menuju apartemen tempat kami menginap.

Hari kedua, kami banyak menghabiskan waktu di jalan. Maklum, perjalanan dari Penang ke Hat Yai, Thailand itu menghabiskan waktu sekitar 4 jam. Meskipun sudah banyak banyak baca pengalaman orang di internet, nyatanya aku sempat kaget juga waktu diminta supir minivan untuk ngasih RM 2, saat menyerahkan paspor kami ke perbatasan Malaysia.

Kebetulan, hanya dua teman perjalanan kami kala itu. Dari penampilan mereka, jelas terlihat kalau pasangan suami-istri ini adalah bukan orang Malaysia. Wajah sang suami seperti orang India, sementara istrinya mengaku orang Indonesia asal Medan. Kami bertiga tak menemui kesulitan berarti saat akan meninggalkan Malaysia. Namun, tidak demikian dengan pasangan suami-istri itu. Entahlah, mungkin surat ijin kerja mereka bermasalah. Begitu naik lagi di van, sang suami mengeluh kepada sopir kami, ‘Banyak cakap kali orang Malaysia. Ditanya ‘Udah kerja?’ Yah kujawab, ‘Yah udahlah!’. Sepertinya imigran-imigran seperti mereka ini begitu direndahkan di negeri jiran tersebut.

Oh yah, hampir lupa, waktu masih di kawasan Malaysia, dua orang petugas polisi mendatangi minivan kami. Mereka meminta para penumpang untuk menunjukkan paspor. Pas kami ditanya mau ngapain di Malaysia, kami jawab aja mau holiday. Tapi mama juga menambahkan kalau adikku mau berobat juga. Dengar itu, si polisi langsung ngomong, ‘Kenapa baru holiday, ketika mau mati?’ Please deeeh…. Belakangan, si sopir ngasih tahu kalau ia dimintain uang 100 RM ama mereka. Hmmm, ternyata sama aja yah dimana-mana!



...to be continued...