25 February 2009

Kisah Seekor Burung Kecil


Burung kecil itu kini tengah bimbang. Separuh jiwanya ingin terus bersama teman baru yang baru saja ia temui. Namun, separuh jiwanya yang lain tak ingin demikian.

Bukannya ia tak mau membangun sarang bersamanya. Namun, sejauh ini mereka mengepakkan sayap bersama, mereka masih juga belum sepakat tentang suatu hal.

Burung kecil itu merasa sedih. Bila ia memilih menetap bersamanya, ia tidak bisa lagi bernyanyi. Padahal, ia terlahir sebagai burung penyanyi. Bila bahagia, ia pasti berdendang. Demikian pula bila ia tengah bersusah hati.

“Aku gak bisa,” ungkap sang burung kecil, sembari menitikkan air matanya. Namun, teman barunya itu ternyata tetap tak bergeming.

Burung kecil itu tahu kalau ia harus bergegas mengepakkan sayapnya, supaya menjauhi teman barunya tersebut. Tapi ia ternyata masih belum bisa melakukan hal itu.

Sudah lama ia tidak menemukan teman perjalanan yang menyenangkan seperti dirinya. Sebelumnya, justru ia yang memilih untuk tidak lagi mengepakkan sayap bersama teman-teman perjalanan yang pernah ia temui.

“Aku masih ingin terbang bebas,” begitu kilahnya, saat teman perjalanan pertamanya meminta burung kecil itu membangun sarang bersama.

Bukannya ia tak mau melakukan itu, hanya saja waktunya belum tepat. Ia masih terlalu muda karena baru mulai bisa mengepakkan sayapnya ke atas langit.

Bahkan, ketika teman perjalanan pertamanya memohon untuk terbang lagi bersamanya, burung kecil itu masih memberikan alasan yang sama.

Padahal, ia sebenarnya ingin sekali terbang lagi bersamanya, tapi burung kecil itu tak berani bicara terus terang, tentang bagaimana cara mereka kini harus terbang.

Burung kecil itu kembali terbang dan bertemu teman perjalanan yang lain. Sayangnya, teman-temannya banyak yang menentang karena dia berbeda jenis dari mereka.

“Kamu jangan lagi terbang bersamanya. Dia tipe burung pemangsa dan kamu bisa dipatuk olehnya,” itu nasehat yang ia peroleh dari salah satu teman, yang sudah ia anggap sebagai mamanya sendiri.

Meskipun merasa penasaran, namun, burung kecil mencoba menuruti nasehat mereka. Saat burung pemangsa itu mengajaknya terbang lagi, ia memberikan beribu alasan supaya mereka tidak lagi bersama. Nyatanya, teman itu benar. Burung pemangsa memang tak mungkin bisa bersama dengan burung kecil sepertinya.

Demikianlah burung kecil kembali melanjutkan kepak sayapnya dan akhirnya bertemu dengan teman barunya, seperti yang ada di awal tulisan ini.