26 August 2009

Facebook Oh Facebook





Enfin, Urus Perpanjangan Paspor

Setelah sempat gagal minggu lalu, Senin (03/08/09)-nya, gue pergi lagi ke Imigrasi Jakarta Barat. Belajar dari pengalaman kemarin, kali ini, gue turun di Halte Glodok supaya gak capek pas naik tangga di Halte Pasar Pagi.

Sampai di sana, gue langsung ke loket formulir. Letaknya di luar gedung, dekat tempat fotokopi. Dengan nyiapin goceng, kita udah dapat formulir, map dan sampul paspor. Oh yah, jangan lupa bawa materai enam ribu dari rumah.

Begitu masuk gedung, langsung aja belok kanan. Mintain formulir pembuatan paspor sama petugas yang ada di sana. Terus isi deh formulir itu. Habis itu, siapin semua berkas fotokopi yang dibawa dari rumah (KTP, kartu keluarga, akte kelahiran, surat nikah, paspor lama (kasih aja orang fotokopi di sana, mereka udah tahu halaman mana aja yang harus dikopi), surat rekomendasi dari kantor atau sekolah serta paspor lama yang asli).

Habis itu, baru deh ke petugas yang duduk di meja paling kanan untuk nunjukin semua berkas itu. Kalau oke, kita bakal dikasih nomor antrian. Kalau enggak, si petugas akan ngasih tahu apa aja yang kurang. Cepat-cepat dilengkapi dan minta untuk diperiksa lagi supaya dapat nomor antrian. For your information, sebaiknya ke sana sebelum jam 12, karena sesudah jam itu, kita gak bakal dapat nomor antrian dan harus kembali lagi keesokan harinya.

Begitu nomor dipanggil, tunjukin nomor antrian kita dan kasih semua berkas ke petugas. Kita akan dikasih kertas panggilan untuk wawancara dua hari kemudian. Jangan lupa siapkan semua berkas asli untuk ditunjukin pas wawancara.

Hari Rabu-nya (05/08/09), gue ijin setengah hari untuk wawancara jam 14.00 WIB. Langsung datangin loket yang kemarin untuk ngasih kertas panggilan wawancara. Habis itu, tinggal nunggu nama kita dipanggil untuk dapatin map berkas kita yang kemarin. Langsung deh kasih berkas itu loket kasir untuk menunggu giliran pembayaran. Biayanya cuma Rp. 270.000,00, dengan perincian paspor 200 ribu, foto 55 ribu dan sidik jari 15 ribu. Setelah itu, baru deh bisa foto dan buat sidik jari.

Untung aja proses wawancara gue gak terlalu ribet. Mungkin gara-gara dia tahu kalau gue itu anak buah Pak IB. "Bos kamu itu orangnya low profile," begitu pujinya.

Sayangnya, dia agak-agak ganjen and I mean it. Baru aja gue duduk, langsung dibrondong pertanyaan ‘Yoyok mana?’. Udah githu, pas tahu gue tinggal di Jeruk Manis, dia ngomong, “Oh, tinggal di Jeruk Manis? Pantesan kamu manis.’ *capcay deh mode on*

Selesai tanda tangan paspor, gue datangin loket pengambilan paspor untuk nyari tahu kapan paspor selesai. Katanya setelah enam hari kerja, yang artinya baru jadi tanggal 13 Agustus 2009.

Sayangnya, gue gak bisa datang pas tanggal 13-nya. Bisanya pas tanggal 14. Tunjukin resi pembayaran di loket pengambilan paspor, tunggu nama dipanggil, baru deh paspor kita terima.

Berdasarkan pengalaman gue, sebenarnya gak ribet-ribet amat tuh ngurus paspor sendiri. Emang sih agak BT juga, pas nunggu giliran dipanggil untuk ngasih semua berkas kita, tapi nikmatin aja, daripada kita memakai jasa calo dan memperbanyak pundi-pundi kantong mereka. Buat gue pribadi, buat paspor sendiri itu lebih berkesan yah, soalnya ada ‘nilai-nilai’ perjuangannya dari kita pribadi. But the choice is totally yours…

01 August 2009

Andai Dia Tahu

Bilakah dia tahu, apa yang t'lah terjadi
Semenjak hari itu, hati ini miliknya

Mungkinkah dia jatuh hati, seperti apa yang kurasa
Mungkinkah dia jatuh cinta, seperti apa yang kudamba



Bilakah dia mengerti apa yang t'lah terjadi
Hasratku tak tertahan 'tuk dapatkan dirinya

Mungkinkah dia jatuh hati, seperti apa yang kurasa
Mungkinkah dia jatuh cinta, seperti apa yang kudamba

Tuhan yakinkan dia 'tuk jatuh cinta
Hanya untukku, andai dia tahu