Walaupun gambar bercerita banyak, tetap saja tidak bisa menggantikan keajaiban kata-kata. Begitu banyak perjalanan yang saya lakukan lima tahun terakhir ini, namun, hanya sedikit cerita yang sempat saya tuliskan di blog ini. Ya, blog ini memang sudah lama mati suri. Saya hanya sesekali saja mengunjungi dan mengupdatenya dengan cerita terkini dari keseharian saya.
Jelang penghujung tahun 2014 ini, saya memaksakan kembali jemari saya untuk merangkai kembali kata-kata, menguntainya menjadi kalimat-kalimat bermakna yang bertutur tentang kisah yang ingin saya sampaikan. Menulis memang bukan hal yang asing untuk saya. Tiga setengah tahun sempat saya lalui sebagai seorang wartawan. Meskipun sekarang, saya berpindah jalur sebagai pengajar, namun, bidang yang saya ajarkan tetap tidak jauh-jauh berhubungan dengan kata-kata.
Posting kali ini saya ingin bercerita tentang perjalanan saya bersama keluarga ke Balikpapan dan Samarinda, bulan Juli 2014 lalu. Kami pergi berdelapan, yaitu saya, ibu saya, kedua adik laki-laki saya, adik perempuan saya dan suaminya serta kedua keponakan perempuan saya. Ini adalah kali pertama saya menginjakkan kaki ke pulau ketiga terbesar di dunia itu. Karena itulah, segala sesuatu yang saya lihat di sana menjadi suatu pengalaman baru bagi saya.
Tatkala tiba di Bandara Sepinggan, Balikpapan, kami disambut oleh tulisan ‘Selamat Datang’ bergambar latar bekantan yang menyelipkan pesan ‘Selamatkan Saya’. Bekantan atau monyet Belanda, sebagai hewan endemik yang hanya bisa ditemui di pulau berjuluk ‘Paru-Paru Dunia’ ini, memang mulai terancam punah. Penyebarannya yang terbatas dan populasinya yang menurun jauh selama lima tahun terakhir memaksa semua pihak mengambil tindakan untuk menyelamatkan keberadaan monyet berhidung panjang tersebut.
Saat ini, kota Balikpapan sedang mempercantik diri dengan keberadaan bandara baru mereka. Letaknya berdampingan dengan bandara lama. Tidak seperti bandara lama yang bercorak budaya Kalimantan Timur, bandara baru tampil dengan corak terkini yang modern. Bandara Soekarno-Hatta jelas kalah cantik dengan penampilan baru dari bandara ini. Adapun corak budaya Kalimantan Timur pada bandara lama terlihat dari ukiran di bagian atas atap. Ukiran tersebut merupakan ciri yang biasa ditemui pada bagian atas atap Rumah Lamin, rumah tradisional suku Dayak Kalimantan Timur.
Kalimantan Timur menawarkan beragam jenis wisata, mulai dari wisata alam, wisata budaya hingga wisata kuliner. Wisata alam berupa pantai-pantai yang cantik, penangkaran buaya dan beruang madu serta kawasan wisata alam Bukit Bangkirai. Wisata budaya yaitu melihat dari dekat kehidupan masyarakat Desa Budaya Pampang yang terletak di daerah Kutai Kertanegara. Bila berkunjung di hari Minggu, Anda dapat melihat sajian tari-tarian dan juga berfoto dengan para tetua adat dalam busana tradisional mereka. Bila tidak sempat datang pada hari itu, Anda tetap bisa mengunjungi tempat tersebut untuk bertemu dengan Nenek Priya. Ia adalah satu dari wanita bertelinga panjang yang tersisa di Desa Pampang. Sang Nenek akan dengan senang hati berpose bersama Anda dan keluarga. Namun, pose tersebut tidak gratis yah, alias berbayar. Setiap pose gambar yang diambil dikenakan biaya sebesar Rp 25.000,-. Sang Nenek tidak keberatan saat saya menawar Rp 20.000,- per pose. Coba saja menawar, mungkin Anda juga bisa seberuntung saya yang hanya membayar Rp 100.000,- untuk lima buah pose. Sedangkan untuk wisata kuliner, Balikpapan adalah surga bagi saya yang adalah pecinta kepiting. Selain kepiting, Balikpapan juga menawarkan berbagai makanan khas yang sayang untuk dilewatkan, mulai dari amplang, abon kepiting, bingka dan juga mantau. Keempat makanan ini juga dapat dijadikan sebagai pelengkap oleh-oleh cenderamata yang dibeli di Pasar Kebon Sayur.
Memandang kota Balikpapan dari atas ketinggian
Anak-anak penduduk bermain air di pantai
Menulis di atas pasir
Bermain pasir
Kepiting jantan saos Dandito
Cantik yah pemandangannya!
Lihat, saya menemukan cangkang kerang!
Dia yang lolos dari maut
Anak ayam yang malang!
Selamat datang di Bukit Bangkirai!
Melakukan jelajah hutan bersama-sama
Salah satu ukiran khas Dayak yang ada di dalam hutan Bukit Bangkirai
Sesaat setelah menyebrangi jembatan gantung
Penampakan tangga yang harus dinaiki untuk menuju jembatan gantung
Papan petunjuk arah Desa Budaya Pampang
Berpose dengan wanita bertelinga panjang
Beginilah wujud Rumah Lamin
Pintu masuk Rumah Lamin
Salah satu ukiran di dinding Rumah Lamin
Berpose di depan Sungai Mahakam
Dapatkah kamu menemukan di mana beruang madu berada?